Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

DERITA PENGGUNA ELPIJI NON-SUBSIDI

Pagi itu, udara masih terasa dingin, beberapa orang nampak berangkat olahraga pagi. Namun, Pak Suyitno tidak berolahraga pagi seperti biasa, tapi membonceng anak sulungnya, dengan membawa tabung Elpiji 12 Kg. “Kemana Pak Puh?” tanyaku ketika beliau melintas di hadapanku yang sedang melakukan peregaan di depan rumah. “ Nyari Elpiji Mas, semalam habis dan pagi ini si kecil harus dimandikan dengan air hangat”, sahutnya. Pak Suyitno adalah tetangga sebelah rumah dengan uisa sekitar 45 tahun. Perawakannya sedang bahkan senderung kecil dengan potongan rambut yang selalu pendek seperti anggota TNI. Ia seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak, si sulung sudah duduk di bangku SMP Kelas VIII, sedang si bungsu masih TK Kecil. Setiap pagi, si bungsu sebelum sekolah selalu dimandikan dengan air hangat, sehingga kehabisan elpiji harus diatasi pagi ini, jika ingin si bungsu sekolah.

REUNI TIGA SAHABAT

Agus, Adi dan Herman adalah tiga orang sahabat semasa sekolah dulu, mereka bersahabat sejak SD, SMP dan SMA. Malam itu mereka berjanji untuk berkumpul di sebuah cafe di kota mereka tinggal semasa kecil. “Kita reuni kecil-kecilan”, kata Adi ketika ia menelpon Agus. “Siapa yang akan datang?” sahut Agus di ujung telpon. “Tiga pendekar Sungai Widas akan hadir”, jawab Adi. “Hahaha,” tawa lepas Agus terdengar, “Masih saja kamu ingat sebutan itu, baiklah insya Allah besok malam aku akan datang. Ga usah bawa istri, kan?” lanjut Agus. “Iya, ga usahlah, nanti malah ga leluasa”, jawab Adi.

KEMBALINYA KECERIAAN KAMI

Minggu pagi ini udara sangatlah bersahabat, meskipun musim penghujan, namun hujan tak datang berkunjung. Jadilah minggu ini kami sekeluarga bermaksud memenuhi keinginan si Kecil untuk mandi di sungai.

HAK DAN KEWAJIBAN

Setiap orang karena kodratnya memiliki hak yang sama. Kita punya hak untuk hidup, demikian pula orang lain. Kita punya hak untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan kita, orang lain juga. Kita punya hak untuk mendapatkan kenyamanan hidup, begitu pula orang lain. Dan setiap orang berhak memperjuangkan haknya, tanpa terkecuali.

DIMANAKAH ENGKAU WAHAI ANAK BANGSA?

Lusuhnya kain bendera di halamanan rumah kita Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan…. Sepenggal lirik lagu Iwan Fals ini masih sangat relevan dengan keadaan negeri tercinta ini. Lusuhnya kain bendera menggambarkan bahwa negeri ini masih penuh dengan permasalahan. Betapa tidak, hampir setiap hari kita disuguhi berita kasus korupsi di mana-mana, di seluruh pelosok negeri, juga berita kejahatan. Tidak berhenti di situ saja, politik uang sudah menjadi hal yang nyata meski sulit untuk dibuktikan, juga berbagai permasalahan pendidikan, melonjaknya harga kebutuhan pokok, dan permasalahan pengangguran serta kemiskinan. Pendek kata, hampir setiap bidang, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, negeri ini bermasalah.

SEMUA ORANG BISA SUKSES

“Si Edy itu sangat sukses. Ia sekarang sudah menjadi manajer di sebuah perusahaan bonafide , dan memiliki harta yang melimpah”. Itulah penggalan pembicaraan masyarakat kita pada umumnya ketika membicarakan kesuksesan seseorang. Biasanya kemudian diikuti dengan pembicaraan lain yang cenderung meng- ghibah orang lain. “Coba lihat Si Budi, meskipun dulu ia teman sebangku dengan si Edy, sekarang ia hanya menjadi takmir masjid yang pekerjaannya tidak menentu”.

SEMUA BUTUH ONGKOS

Di tempatku tinggal, pemerintah sedang secara intensif melakukan pembangunan infrastruktur. Setiap proses pembangunan pasti diharapkan akan mendatangkan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Namun, sebelum dampak positif yang diharapkan terwujud, pasti dilewati berbagai macam efek negatif. Dalam kasus pembangunan jalan, efek negatif tersebut diantaranya adalah timbulnya kemacetan, rusaknya jalan akses yang dilewati armada pengangkut material, pengalihan jalan, sehingga harus menempuh jalan yang lebih jauh, dan sebagainya.

SEMUA MEMILIKI ALASAN

Seseorang, ketika memutuskan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu pasti memiliki pertimbangan tertentu dan mengambil langkah terbaik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Dan yang harus disadari bahwa pertimbangan antara seseorang dengan orang lain belum tentu sama, meskipun bisa saja sama. Kesamaan dan ketidaksamaan pertimbangan ini sangat dipengaruhi banyak variabel, seperti kondisi sosial, ekonomi, latar belakang pendidikan, norma dan nilai yang diyakini, serta barbagai hal yang lain.

PEMIMPI YANG MERINDUKAN KEDAMAIAN

Pemimpi, itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan diriku. Kepalaku penuh dengan keinginan terutama terkait dengan kondisi sosial masyarakat. Kegalauan terhadap kondisi sosial ini membuat aku berpikir dan berangan angan bagaimana mengubah kondisi ini ? Dimulai dari mana ? Lalu, apa yang bisa aku perbuat ?

AGUS BREWOK, SEBUAH NAMA YANG ISTIMEWA

Agus Brewok, mungkin untuk sebagian orang nama blog ini agak aneh dan tidak keren, tetapi tentu bagiku ada sesuatu yang istimewa di balik pemilihan nama ini.

PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PILIHAN TERBAIK MENGUNGKIT KINERJA BIROKRASI

Tulisan ini merupakan rangkaian tulisan sebelumnya. Dalam tulisan yang berjudul “TPP Tanpa Daya Ungkit Bagi Kinerja Birokrasi”, disebutkan bahwa upaya meningkatkan kinerja birokrasi dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui pemberian Tunjangan Uang Makan Harian, Perbaikan Penghasilan (TPP), dan Tunjangan Kinerja (Tukin).

TPP TANPA DAYA UNGKIT BAGI KINERJA BIROKRASI

Reformasi birokrasi terus bergerak, pembenahan-pembenahan terhadap perilaku birokrasi yang bertujuan untuk mewujudkan kinerja birokrasi yang lebih baik terus dilakukan. Salah satu upaya itu dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan pegawai. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa semakin sejahtera pegawai maka akan semakin baik pula kinerjanya.

PILKADA

Tahun 2018 pada pertengahan tahun akan berlangsung pilkada serentek, sedangkan tahun 2019 akan berlangsung pilpres dan pileg yang pelaksanaannya juga serentak. Nampaknya setiap tahun akan menjadi tahun politik di negeri tercinta ini.

PERJALANAN MENUJU PULAU HARAPAN BERSAMA

Suatu bangsa dalam perjalanan hidupnya dapat diibaratkan sebagai sekelompok orang yang naik kapal besar mengarungi lautan menuju pulau harapan. Penumpang kapal akan berada di tempat sesuai dengan karcis masing-masing, ada yang di bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah.

MULAILAH

Dalam sebuah komunitas atau masyarakat, kadang kala, perilaku-perilaku tertentu dianggap wajar dan biasa saja, meskipun jika dilihat dari berbagai norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat baik norma hukum, agama atau norma norma yang lain, perilaku tersebut menyimpang dan bias dianggap tidak benar. Hal ini bias saja terjadi karena kebenaran atau kebaikan tidak harus dilakukan oleh mayoritas.

FATAMORGANA KEHIDUPAN

Aku, kamu, mereka dan semua orang memiliki keinginan yang sama yaitu berbahagia dalam kehidupannya, namun yang membedakannya adalah upaya yang dilakukan dalam meraih kebahagiaan. Masing-masing orang memiliki cara yang berbeda, dimana hal ini dipengaruhi oleh persepsi, asumsi dan prasangka masing-masing.