MULAILAH



Dalam sebuah komunitas atau masyarakat, kadang kala, perilaku-perilaku tertentu dianggap wajar dan biasa saja, meskipun jika dilihat dari berbagai norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat baik norma hukum, agama atau norma norma yang lain, perilaku tersebut menyimpang dan bias dianggap tidak benar. Hal ini bias saja terjadi karena kebenaran atau kebaikan tidak harus dilakukan oleh mayoritas.


Dan ketika seseorang berbuat baik dan benar, atau memenuhi aturan yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat, dianggap sebagian atau bahkan sebagian besar orang merupakan sebuah keanehan, dan tidak jarang seseorang yang berbuat baik dicemooh atau dilecehkan dengan berbagai ungkapan seperti “Mau jadi apa ?” atau “Dapat apa ?” atau ungkapan ungkapan lain yang mempertanyakannya, bahkan kadang kala dimusuhi atau dikucilkan, sehingga kadang orang yang berbuat baik menjadi ragu dan kembali seperti kebanyakan orang hanya agar ia kembali diterima oleh komunitas atau masyarakatnya atau hanya sekedar kembali mendapatkan teman.

Berbuat baik, tidaklah selalu untuk menjadi sesuatu atau mendapatkan sesuatu yang bersifat fisik atau materi. Berbuat baik bukanlah urusan kita dengan mereka tetapi urusan kita dengan Tuhan, karena sesungguhnya setiap keputusan kita kelak harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Biarlah orang lain merusak tetapi kita harus tetap membangun, biarlah orang lain menindas tetapi kita harus tetap mengayomi, dan biarlah orang lain berbohong tetapi kita haruus tetap jujur. Karena perbuatan mereka akan dipertanggungjawabkan oleh mereka sendiri.

Mulailah berbuat baik dan benar meski untuk hal hal terkecilpun tanpa ada yang memulai budaya berbuat baik dan benar tidak akan pernah dating dengan sendirinya, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Hasilnya kita serahkan sepenuhnya pada Tuhan yang terpenting bagi kita adalah berusaha memulai kebaikan. Jangan pernah melihat hasilnya seberapa jauh kita dapat membangun atau mengubah keadaan, tapi nikmati setiap pertempuran yang kita menangkan.

Seandainya dalam upaya mengubah budaya ini diibaratkan membangun sebuah gedung megah, janganlah berpikir untuk menyelesaikannya, tetapi setidaknya kita menyumbang satu batu merah untuk menuju selesainya bangunan itu, yakinlah pasti akan ada yang meneruskan dan tangan tuhan akan turut serta dalam menyelesaikan bangunan itu.

Semoga kita diberi kekuatan untuk terus melakukan kebaikan dan teru berharap kebaikan itu menjadi budaya bersama pada komunitas dan masyarakat kita. Aamiin.

Komentar

  1. Belajarlah dari jam dinding, Dilihat orang atau tidak dia tetap berdenting, dihargai orang atau tidak dia tetap berputar.
    walau tak seorangpun mengucapkan terimakasih ia tetap bekerja.
    Teruslah berbuat baik terhadap sesama, meskipun perbuatan baik kita tidak dinilai dan diperhatikan oleh orang lain.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN