PILKADA



Tahun 2018 pada pertengahan tahun akan berlangsung pilkada serentek, sedangkan tahun 2019 akan berlangsung pilpres dan pileg yang pelaksanaannya juga serentak. Nampaknya setiap tahun akan menjadi tahun politik di negeri tercinta ini.


Pada pilkada akan dipilih Kepala Daerah. Pemilihan ini menjadi suatu hal yang krusial, karena Kepala Daerah yang terpilih akan merumuskan visi misi daerah 5 tahun ke depan, artinya merah-hijau-nya daerah, baik-buruknya daerah sangat ditentukan saat pilkada ini. Seperti halnya pepatah, ikan busuk berawal dari Kepala, artinya bahwa jika Kepala Daerah yang terpilih “busuk” atau tidak baik, maka kita tinggal menanti daerah itu juga akan membusuk, sehingga pilkada harus mampu memilih orang terbaik di daerah itu untuk diberikan amanat memimpin daerah 5 tahun ke depan.

Dengan system pilkada yang ada saat ni, rakyat dilibatkan untuk memilih pasangan calon yang telah mendapatkan rekomendasi dari partai atau koalisi partai, oleh karena itu, partailah yang memiliki kewajiban untuk memilih orang terbaik untuk dijadikan pasangan calon yang nantinya akan dipilih oleh rakyat. Dan rakyat harus secara cerdas menggunakan hak pilihnya. Artinya, rakyat dalam memilih pasangan calon harus menggunakan pertimbangan hati nurani, karena kesalahan memilih saat pilkada akan ditanggung bersama selama minimal 5 tahun ke depan. Jangan hanya karena diberikan uang 50 ribu atau seratus ribu kemudian kita menghilangkan pertimbangan rasional dan hati nurani kita.

Pertimbangan memilih juga tidak dapat dilihat dari kekayaan pasangan calon karena terbukti Kepala Daerah yang memiliki kekayaan berlimpah tidak jaminan untuk tidak menyalahgunakan kewenangannya. Pasangan calon yang berlatar belakang religius juga tidak menjamin mereka berperilaku lurus, karena tidak jarang agama hanya digunakan sebagai topeng untuk menarik masa.

Perilaku tidak serta merta dapat berubah seketika, demikian pula perilaku pasangan calon ketika menjabat Kepala Daerah. Perilaku yang dibentuk melalui proses panjang pembiasaan, sehingga untuk memilih Kepala Daerah perlu dilihat track recordnya, kebiasaan kebiasaan yang dilakukan dalam kesehariannya.

Namun demikian, tidak mungkin semua orang dalam satu daerah mengetahui perilaku atau kebiasaan pasangan calon, bahkan dengan politik pencitraanan perilaku yang dinampakkan dalam masa masa menarik hati rakyat dimanag sedemikian rupa sehingga menggambarkan citra yang baik. Oleh karena itu, seyogyanya partai politik atau koalisi partai politik pengusungnya menampilkan track record setiap pasangan calon sehingga disamping visi dan misi yang ditawarkan, rakyat disuguhkan informasi yang lebih lengkap tentang pasangan calon, yang pada gilirannya memberikan kesempatan rakyat memilih dengan benar.

Politik merupakan kempatan orang baik untuk terlibat lebih jauh dalam membangun peradaban yang lebih baik, sehingga saatnyalah orang orang terbaik untuk terlibat dan dilibatkan oleh partai politik yang memiliki kewenangan untuk mencalonkan pasangan calon. Jangan sekedar pertimbangan pertimbangan praktis dan sesaat. Negeri akan berhutang besar pada partai politik yang mencalonkan pasangan terbaik tetapi partai politik dan pengelolanya berdosa besar bila mencalonkan mereka yang tidak pantas untuk memimpin suatu daerah.

Mereka yang telah selesai dengan dirinya sendiri yang pantas untuk dicalonkan dan mencalonkan diri. Karena hanya mereka yang telah selesai dengan dirinya sendiri yang mampu menanggalkan ego kepentingannya untuk berbuat demi rakyat dan daerahnya.

Semoga kita diberikan kekuatan dan petunjuk untuk memilih calon yang mampu mengemban amanah, selesai dengan dirinya sendiri dan hanya berpikir dan bertindak untuk kebaikan rakyat dan daerahnya. Semoga calon terbaiklah yang akan diberikan rakyat amanah untuk memimpin setiap daerah di negeri tercinta ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN