MENJADIKAN RCO SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN KUALITAS PENULIS
Membaca
dapat dikatakan merupakan kegiatan wajib bagi seorang penulis, karena hanya
dengan membaca kita mampu meningkatkan khasanah keilmuan kita sehingga kita
dapat menulis sesuatu hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Membaca
juga dapat menambah kebijakan kita, sehingga dengan itu kita dapat lebih banyak
berbagi. Pendek kata, dengan membaca kita mendapatkan sumber mata air baru yang
dapat dijadikan inspirasi. Komunitas ODOP sebagai komunitas penulis sudah seharusnya
juga menjadi komunitas pembaca. Reading
Challenge ODOP (RCO) sebagai salah satu program ODOP yang mesti
dipertahankan dan terus diupayakan peningkatannya.
RCO
batch 5 adalah RCO kedua yang aku ikuti,
setelah RCO batch 3 yang lalu. Kedua RCO
yang aku ikuti digawangi oleh duo PJ
yang hebat, Mas Lutfi dan Mbak Sovia. Namun mungkin karena kesibukan beliau
berdua, pada batch ini beberapa kali
tugas PJ agak kedodoran, buktinya rekap hasil bacaan tidak bisa di-share setiap hari. Meski bagi beberapa
orang tidak masalah, tetapi bagi teman-teman yang membutuhkan rekapan sebagai
panduan bacaan berikutnya akan sedikit banyak mengharap rekapan disajikan
setiap hari.
Jika
dilihat materinya, RCO batch 5 ini
relatif tidak jauh berbeda dari batch
3 yang pernah aku ikuti. Perbedaannya, batch
ini buku fiksi yang telah diangkat dalam layar lebar sebagai bacaan wajib pada batch 3 digantinyan dengan buku karya
peraih nobel. Hal ini merupakan substitusi
yang relatif seimbang. Jika pada batch
3 peserta secara tidak langsung diajak menganalisis sebuah karya yang layak diangkat
dalam layar lebar, baik secara tema maupun cerita, pada batch 5 peserta diajak menelusuri jejak pemikiran seorang nobelis. Kedua
hal ini akan banyak memberikan pelajaran untuk membangun karakter dan
konsistensi dalam tulisan.
Disamping
membaca karya nobelis yang menjadi buku wajib pada level 5 yang merupakan level
terakhir, buku wajib yang lain adalah buku bebas untuk level 1, buku biografi
untuk level 2, buku sejarah untuk level 3, dan buku berbahasa asing untuk level
4. Level 1 sebagai level pemanasan sangat tepat menugaskan peserta untuk
membaca buku bebas sesuai minat masing-masing peserta. Hal ini sangat membantu
peserta untuk memulai sesuatu dari yang mereka sukai.
Kemudian
untuk level 2 dan 3 merupakan tantangan tersendiri, sebab sangat jarang orang
yang mau mengkaji sejarah atau biografi seorang tokoh, dengan tantangan ini
peserta diwajibkan untuk belajar sejarah dan mengambil hikmah dari sejarah itu
demi masa depan yang lebih baik. Namun, untuk level 2 dan 3 ini, dapat
dikatakan buku yang relatif hampir sama, sebab biografi seorang tokoh pasti
terkait dengan sejarah, sehingga pada masa depan bisa dipikirkan untuk memilih
tema yang tidak berhimpitan sehingga akan memperkaya khasanah keilmuan peserta.
Tema yang diangkat diutamakan tema yang kurang diminati kebanyakan orang, hal
ini untuk memaksa peserta mengkaji berbagai bacaan yang tidak biasa, sepeti
psikologi, kebudayaan, sastra klasik, atau tema-tema yang lain.
Seorang
penulis dituntut untuk banyak membaca karya-karya berkualitas sebagai upaya
meningkatkan kualitas karyanya, baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa
asing, sehingga seorang penulis tidak boleh alergi terhadap bahasa asing. Oleh karena
itu, memaksa peserta untuk membaca buku berbahasa asing sangatlah tepat.
Rangkaian
kegiatan RCO, disamping membaca juga disertai memenuhi berbagai tantangan pada
setiap level. Pada batch 5 ini tantangannya berupa posting buku yang dibaca,
membuat resensi, dan menemukan point bacaan. Tantangan ini menurutku masih
belum membuat peserta benar-benar mengeluarkan segala kemampuannya. Alangkah sangat
menarik apabila tantangan itu dikaitkan dengan pa yang harus dilakukan pembaca
sebagai penulis ke depan. Misalnya, kritik atas karya yang dibaca. Pada bacaan
buku sejarah, sebagai bahan tulisan tantangan bisa ditanyakan apa yang dapat
dipelajari dari sejarah yang dibaca? Lalu ke depan apa yang harus dilakukan? Pada
buku biografi, bisa ditanyakan apa yang bisa diteladani dari tokoh tersebut?
Kemudian,
terkait waktu yang tersedia pada setiap level dengan bacaan wajib sebuah buku
dan tantangan yang ada, aku kira waktunya sangat longgar. Oleh karena itu, ada
dua opsi yang bisa dipilih, pertama memperpendek waktu yang disediakan atau
menambah buku wajibnya, misalnya tidak hanya satu bisa lebih dari satu. Kelonggaran
waktu yang ada ini lantas digunakan oleh peserta untuk membaca buku bebas sesuai
minatnya, namun tidak ada parameter untuk mengukur apa yang didapat pada saat
membaca buku bebas ini. Sebagai seorang penulis, membaca tidak sekadar
menikmati bacaan belaka, tetapi mesti memberikan kontribusi dalam tulisannya,
sehingga setiap buku yang dibaca mesti diberikan tantangan untuk menuliskan apa
yang didapat dari buku tersebut? Dan kontribusi apa yang bisa diangkat dalam
aktivitas menulis para peserta dari buku yang dibaca tersebut? Dengan tantangan
semacam ini tidak lagi ada bacaan yang dibaca secara sia-sia.
Terakhir,
penulis dalam aktivitas membaca, tidak selalu untuk mendapatkan inspirasi
tetapi juga mencari kajian yang sesuai dengan tema yang akan ditulisnya. Oleh karena
itu, kalau diperkenankan usul, perlu diberikan satu level yang dimaksudkan
untuk hal itu. Peserta diwajibkan untuk menentukan sebuah tema tulisannya ke
depan dan mencari buku referensi yang tepat untuk mendukungnya. Dan tantangannya
adalah apa yang diperoleh dari bacaan tersebut terkait dengan tema tulisan yang
akan diangkatnya?
#ReadingChallengeOdop
#Level5
#Tantangan3
Keren banget tulisannya, Pakde 🤩
BalasHapus