SEJAUHMANA PENINGKATAN KETAQWAAN KITA?
Umat Islam diwajibkan
untuk berpuasa selama bulan Ramadan. Tujuan ibadah puasa adalah agar kita lebih
bertaqwa. Dengan demikian, keberhasilan puasa seseorang apabila pasca-Ramadan kita
semakin bertaqwa. Ketaqwaan ini merupakan hal yang sangat penting, karena semua
orang pada hakikatnya sama di hadapan Allah yang membedakan adalah tingkat
ketaqwaannya. Orang yang paling mulia di hadapan Allah adalah yang paling
bertaqwa.
Lalu, apa yang harus
dilakukan dalam berpuasa sehingga hasilnya mampu membuat orang menjadi mulia di
hadapan Allah SWT? Arti puasa, menurut bahasa adalah menahan. Sedangkan puasa menurut
syariat adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari
terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Adapun hal-hal yang membatalkan puasa
adalah makan, minum dan menghisap sesuatu dengan sengaja; berhubungan suami
istri pada siang hari; mengeluarkan air mani dengan sengaja; keluar darah haid
atau nifas; mengeluarkan darah dengan jalan hijamah (membekam); dan muntah yang
disengaja.
Setelah enam hari kita
menjalankan puasa, bagaimana dengan puasa kita? Layakkah puasa yang kita jalani
hari-hari ini mengangkat derajat kita di hadapan Allah? Apakah kita mampu
menahan makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkan puasa disertai
dengan menahan nafsu kita yang lain, seperti berbuat curang, melanggar hukum, juga
menghilangkan perbuatan yang kurang manfaat dan menggantinya dengan perbuatan
yang lebih manfaat, atau bahkan kita mampu menahan pikiran kita untuk tidak
memikirkan hal-hal kotor, maksiat dan pikiran tak bermanfaat lainnya?
Atau justru dalam
berpuasa yang menahan diri dari makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan
puasa masih diiringi perbuatan maksiat dan tercela lainnya. Masih ada saja
keinginan untuk mensiasati aturan demi keuntungan pribadi, atau masih saja
berkeinginan untuk menjatuhkan teman-temannya agar dirinya mampu memenangkan
kompetisi. Pikiran masih diliputi strategi-strategi yang menggunakan segala
cara asal menguntungkan diri sendiri.
Hanya diri kita
masing-masing yang dapat menjawab, apakah puasa kita selama ini pantas
mendapatkan balasan ketaqwaan dari Allah SWT. Jika jawabannya kurang atau
bahkan tidak mungkin mendapatkan balasan ketaqwaan, maka kita masih mungkin
memperbaikinya. Senyampang bulan Ramadan masih belum berlalu, kita masih bisa
mendapatkan magfirah dari Allah SWT jika kita benar-benar berniat dan berusaha
untuk memperbaiki cara berpuasa kita. Tidak ada yang terlambat. Tidak penting
bagaimana kita memulainya, tetapi yang terpenting bagaimana kita mengakhirinya.
Semoga dari waktu ke waktu puasa kita menjadi semakin berkualitas dan mampu
meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah SWT, sehingga kita menjadi mulia
di hadapan-Nya.
#Onedayonepost #RWC2018
#RWCday7
aamiin
BalasHapus