AKAL, PENENTU DERAJAT MANUSIA


Hampir setiap orang tentu pernah diberi nasihat oleh orang tuanya. Nasihat yang sampai saat ini masih sering kita dengar, utamanya bagi laki-laki jawa adalah “Hati-hati dengan harta, wanita dan tahta.” Karena sesungguhnya cobaan manusia itu bermuara pada salah satu dari tiga hal tersebut. Siapa orang yang tidak mau kaya? Siapa yang tidak tertarik dengan wanita cantik nana duh hai? Lalu, siapa yang tidak menginginkan jabatan? Tiga hal inilah yang dijadikan alasan kejayaan dan kehancuran setiap peradaban. Oleh karena itu, wajar apabila kita mesti hati-hati terhadap tiga hal tersebut.


Setiap orang pasti memiliki keinginan dan tujuan, namun untuk mencapainya tidak lantas menghalalkan proses. Artinya keinginan itu sah-sah saja apabila diraih dengan jalan yang benar. Bukan karena menginginkan jabatan lantas kita dibenarkan membangun lobi-lobi yang berujung pada penyuapan dan gratifikasi. Demikian pula untuk mendapatkan kekayaan, lantas kita dibenarkan menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada kita atau melakukan korupsi misalnya. Hal itu berlaku pula ketika kita menginginkan wanita cantik, lantas tanpa hubungan yang sah kita berbuat semaunya asal mampu “membelinya.”

Itulah sebenarnya esensi kemanusiaan kita. Setiap orang dibenarkan untuk memiliki kemauan, keinginan dan mimpi masing-masing. Jika kita tidak memilikinya, justru patut dipertanyakan, apakah kita masih menginginkan kehidupan ini? Setiap manusia yang hidup pastilah memiliki keinginan untuk meraih sesuatu yang lebih dari sekarang yang dimilikinya, karena manusia hidup disertai nafsu yang melekat pada diri masing-masing orang.

Namun disamping nafsu, kita diberikan akal. Akal inilah yang digunakan untuk mempertimbangkan sesuatu hal, membedakan yang baik dengan yang buruk, membedakan yang hak dengan yang bathil, membedakan yang halal dengan yang haram. Ketika kita memilih untuk meraih mimpi dengan jalan yang buruk, atau memilih yang tidak hak atau memilih yang haram, maka sesungguhnya kita tidak menggunakan akal lagi dalam menentukan pilihan. Dengan demikian ini setara dengan makhluk Tuhan yang tidak memiliki akal.

Hal inilah yang mungkin yang dikatakan bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki derajat tertinggi, namun bisa diturunkan derajatnya serendah-rendahnya bahkan lebih rendah dari binatang ternak. Yaitu mereka yang memutuskan berbagai hal untuk ditempuh dan dilakukan tanpa pertimbangan akalnya.

#kelasnonfiksi
#odopbatch5
#onedayonepost

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN