PUISI RINDU YANG MENGUNDANG TANYA



One Day One Post (ODOP) batch 5 baru berjalan empat minggu. Tuntutan untuk menulis setiap hari memang cukup berat, karena lambat laun ide sebagai bahan dasar menulis akan habis, jika tidak dibarengi dengan memperkaya ide melalui membaca, mengamati, atau teknik lain untuk mendapatkan ide baru.


Hal ini juga aku alami, memasuki minggu keempat mulai berpikir keras apa yang akan kutulis hari ini. Secara pribadi aku mencoba semaksimal mungkin untuk tidak menghutang tulisan, sebab membayarnya sangat berat. Katakan pada Dilan, jatuh cinta itu berat, tapi masih lebih berat lagi membayar hutang tulisan. Menghutang tulisan pernah aku lakukan sekali ketika mendapatkan tugas ke luar kota sehingga tidak memungkinkan untuk posting. Cukuplah bagiku pengalaman itu tak terulang kembali.

Kekurangan ide dan semakin padatnya aktivitas di kantor mengharuskan aku berupaya lebih keras. Ketika suatu hari mendapatkan tantangan dari seorang teman untuk membuah puisi, maka muncullah ide sesekali membuat puisi untuk posting memenuhi tugas menulis. Pertimbangannya, menulis puisi tidak harus sampai 300 kata, kemudian bisa ditulis di perjalanan ketika sedang perjalanan dinas dengan menggunakan handphone, dan jika terputus saat menulis dengan mudah dapat dilanjutkan. Namun, terdapat satu kendala, aku tidak paham metode dan kaidah menulis puisi, meskipun beberap kali aku membaca puisi karya peserta ODOP. Untuk mengawalinya, aku anggap tidak ada kaidah tertentu dalam menulis puisi, karena ketika aku amati puisi-puisi karya peserta ODOP tidak aku jumpai sesuatu yang baku, jadi kesimpulanku awal ini menulis puisi tidak ada kaidah dan hanya bermain diksi dengan mengacu pada tema tertentu.

Mulailah aku mencoba menulis puisi, namun ternyata cukup sulit, karena hasilnya ketika aku baca ulang tak terdengar indah. Beberapa kali mencoba hanya sekali aku posting dengan tema kenangan. Saat teman-teman di kelompok planet merkurius membuat puisi beramai-ramai secara estafet dengan tema rindu, aku kembali mencoba membuat sebuah puisi dengan tema yang sama. Hasilnya aku posting di Blog dan facebook.

Posting-an di facebook mendapatkan komentar dari istri tercinta, meski tidak ditulis di media sosial dan langsung disampaikan kepadaku. Komentarnya berupa pertanyaan, “Sedang rindu pada siapa kok menulis puisi tentang rindu?”, tanyanya. Pertanyaan yang pada awalnya membuat kubingung menjawabnya. Namun tiba-tiba meluncur jawaban spontan “Rindu pada dirimu di masa lalu,” entahlah jawaban muncul dari mana. Akhirnya jawaban itu mengundang diskusi yang cukup panjang dengan si istri.

Masa lalu memang cukup indah untuk dikenang dan dirindukan, tidak terkecuali masa lalu kita dengan istri ataupun seseorang. Rindu ketika cinta kita pada sang istri hadir untuk pertama kali. Rindu perilaku-perilaku yang saat ini jarang diperlihatkan lagi. Rindu pada “kenakalannya”. Rindu pada hal-hal sepele yang kadang kita lakukan bersama, yang saat ini tidak pernah kita lakukan lagi. Rindu pada pertengkaran-pertengkaran yang pernah kita alami.

Memang setiap orang berubah, demikian pula aku, istriku dan kehidupan kami, berubah dan menurutku menjadi semakin baik. Namun bukan berarti kita tidak pernah merindukan hal-hal yang dulu pernah kita lakukan. Semakin baiknya kita bukan berarti sebuah larangan merindukan “kejelekan” kita. Betapa asiknya jika itu bisa terulang kembali. Masa-masa ketika cinta mulai mekar yang disertai dengan tawa, canda dan kadang air mata. Masa itu begitu indah.

Namun yang mesti disadari, masa itu telah berlalu dan menjadi kenangan. Kita tidak boleh terjebak dalam masa lalu. Kita harus melangkah ke depan. Bagaimanapun indahnya masa lalu, itu telah selesai dan kita tatap masa depan untuk melangkah lebih baik lagi. Sedangkan untuk memenuhi rindu masa lalu, bisa saja sesekali dilakukan dengan cara yang berbeda untuk mengenangnya, dan menyadarkan diri kita bahwa kita memang buah dari masa lalu kita masing-masing.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

  1. πŸ‘πŸ‘πŸ‘ masa lalu oh masa lalu...

    BalasHapus
  2. Wah...untung langsung dapet jawaban pas ditanya nyonya πŸ˜…

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Terimakasih sudah menuliskan hal indah ini mas ^_^
    Rindu masa lalu hal yang selalu hinggap di hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ternyata ditulis di bawahnya, aku kira dihapus ga jadi komen, terima kasih mbak

      Hapus
    2. Heee ... Kembali kasih pak ^_^

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  5. Lima huruf itu, R i n d u yang temanya everlasting tak lekang waktu untuk dibahas

    BalasHapus
  6. Semoga selalu jadi keluarga samawa bersama istri tercinta. Seru ya, berawal dari sebuah puisi dan akhirnya menjadi diskusi bersama istri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, memang diskusi dengan keluarga bisa dimulai dari apa saja yg penting menjadikan kita lebih memahami satu sama lain

      Hapus
  7. Hihihi istrinya hebat nggak nanyamya langsung, ga di medsosπŸ‘πŸ‘ keep writing πŸ’ͺ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN