BAHTERA DI ATAS GELOMBANG EPISODE 8



Beberapa hari terakhir ini membuat Edy banyak berpikir dan merenung. Badannya yang sedari dulu memang sudah kecil kini semakin kurus, rambutnya panjang acak-acakan dan tak terawat. Hari-harinya banyak dihabiskan dengan menyendiri, dan mengevaluasi diri, sudahkah tepat apa yang dilakukannya selama ini? Lalu, apa yang harusnya ia lakukan untuk menghadapi segala masalahnya?

Tidak semua kejadian yang ada di sekitar kita semuanya sesuai dengan angan dan kehendak kita. Oleh karena itu, jika ingin survive, kita mesti mampu menyesuaikan diri dalam mengahadapi setiap permasalahan bukannya sebaliknya lingkungan kita yang diminta untuk menyesuaikan dengan diri kita. Tidak mungkin selamanya kita tidak menghadapi masalah, dan setiap permasalahan harus dihadapi dan diselesaikan dengan cepat, sehingga tidak sampai menumpuk permasalahan yang harus dihadapi, yang akhirnya akan semakin menyulitkan kita sendiri.

Berangkat dari hasil perenungan yang dilakukan akhir-akhir ini seperti di atas, maka kemudian Edy memutuskan untuk menjalani lagi roda kehidupannya, dan menyiapkan diri dengan segala konsekuensinya.

Edy kemudian mulai mengantarkan adiknya Evy untuk mendaftar sebagai CPNS sekaligus ia juga mengurus segala keperluan untuk dirinya yang juga akan mendaftarkan diri sebagai CPNS. Setelah semua urusan untuk mendaftar CPNS selesai, baik untuk Evy, adiknya maupun untuk dirinya sendiri, serta sudah ditentukan hari test CPNS-nya dan hanya tinggal menunggu waktu saja, maka satu permasalahan terselesaikan. Kemudian Edy memberanikan diri untuk mengatakan bahwa ia ingin berbicara dengan ayah dan ibunya nanti malam selepas magrib, ada sesuatu yang penting dan harus Edy bicarakan pada orang tuanya.

Sore itu, gerimis datang tiba-tiba dan dengan cepat menjadi semakin lebat. Beberapa orang nampak berpayung menuju masjid sesaat setelah adzan magrib berkumandang. Akhir-akhir ini hujan turun nyaris setiap sore, hanya menyisakan dingin malam yang kian membuat orang enggan keluar rumah.

Selepas menunaikan ibadah sholat magrib, Edy dengan ayah dan ibunya sudah duduk di ruang keluarga. Sengaja pesawat TV tidak dinyalakan seperti biasanya. Adik-adik Edy tidak nampak ada yang di ruang keluarga, mereka ada di kamar dan ruang tamu untuk belajar atau sekedar membaca.

“Ada apa sih Ed, kok tumben, mau bicara sama ayah dan ibu,” tanya ayah Edy mengawali pembicaraan mereka bertiga. “Sebelumnya saya mohon ayah dan ibu bisa memaafkan saya, jika nanti apa yang saya sampaikan ayah dan ibu ga berkenan,” jawab Edy dengan hati-hati sambil menundukkan muka sambil mempermainkan jari-jari dua tangannya, pertanda kalau ia sedang gelisah. “Coba kamu sampaikan saja, biar kami dengarkan,” kata ayah Edy mencoba menghilangkan kegelisahan anaknya.

Diawalai dengan tarikan nafas panjang, Edy mulai mengatakan maksudnya. “Ayah kan tahu kalau saya sudah cukup lama berpacaran,” kata Edy dengan hati-hati, kemudian sengaja ia diam sesaat menunggu reaksi ayah dan ibunya. “Lanjutkan,” kata ayahnya sambil memegang lengan ibu Edy yang hendak mengatakan sesuatu. “Kami akan dengarkan,” lanjut ayah Edy. “Hampir sebulan yang lalu orang tua Hasna menginginkan agar ayah dan ibu berkunjung ke rumah Hasna,” jelas Edy. “Maksudnya berkunjung itu untuk apa? Melamar Hasna?” tanya ibu Edy. “Saya juga ga paham maksudnya, hanya itu pesan orang tua Hasna,” jawab Edy dengan polos. “Terus terang Ed, bagi kami orang jawa, pernikahan bukanlah hal sepele, jadi kami tidak bisa jawab sekarang, kami harus pikirkan dan bicarakan dengan keluarga besar sehingga kita bisa mengambil langkah yang paling tepat,” kata ayah Edy. “Tapi, apa salahnya kalau hanya berkunjung,” desak Edy. “Ed, kunjungan itu bagi orang jawa merupakan bahasa symbol, jadi tidak bisa kita berkunjung begitu saja jika terkait urusan perjodohan,” jelas ibu Edy. “Terus, aku harus mengatakan apa pada keluarga Hasna?” tanya Edy dengan kesal. “Katakan saja, apa adanya, ga perlu ada yang disembunyikan,” kata ayah Edy. “Apakah tidak menyinggung perasaan keluarga Hasna?” tanya Edy lebih lanjut. “Kita dan keluarga Hasna itu sama-sama orang jawa, jadi aku yakin kalau mereka sangat paham apa yang kita lakukan,” kata ayah Edy meyakinkan anaknya.

Akhirnya Edy bisa menerima jawaban ayah dan ibunya. Selanjutnya ayah dan ibu Edy minta waktu beberapa hari sebelum memutuskan dan bermaksud mengundang nenek dan kakek Edy untuk membahas keperluan ini.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#Tantangan_Cerbung_8

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN