BAHTERA DI ATAS GELOMBANG EPISODE 11
“Baiklah,
langkah selanjutnya kita pikirkan nanti saja, sekarang yang penting kita cari
tahu menurut ilmu kejawen,” Mbah Parto memberikan usul dan mengakhiri
perdebatan yang terjadi. “Injih,
Mbah,” kata Pak Sunar. Untuk keperluan perhitungan yang saya lakukan, saya
perlu tahu tiron (hari lahir termasuk
pasaran jawa, seperti kamis legi, jumat pahing dan seterusnya) beberapa orang,
yaitu Edy, Hasna, Pak Sunar, dan Bu Tutik,” Mbah Parto menjelaskan. “Disamping
itu, saya juga perlu tahu hari naas keluarga ini,” lanjut Mbah Parto.
“Saya
Sabtu Kliwon, ibunya Edy Senin Kliwon dan Edy Kamis Legi, sedangkan Hasna saya
belum tahu, mungkin Edy tahu,” kata Pak Sunar. “Kalau Hasna seingat saya dulu
pernah cerita tiron-nya Kamis
Kliwon,” Sambung Edy.
“Kalau
melihat sepintas ada kabar baik tapi ada kabar buruknya,” Mbah Parto memulai
perhitungannya. “Kita mulai dari kabar baiknya, Hasna dan Edy berarti Kamis
Legi dan Kamis Kliwon, Kamis itu delapan, Legi tiga dan Kliwon delapan, berarti
Kamis Legi 13 dan Kamis Kliwon 16 berarti jumlahnya 29,” Mbah Parto menghitung tiron pasangan yang hendak dijodohkan. “Jumlah
29 itu Wasesa Segara artinya besar
wibawanya, luas budinya, panjang sabar dan pemaaf. Ini berarti bahwa pasangan
ini berjodoh, kehidupan rumah tangganya kelak akan penuh wibawa, disegani
karena kebaikan budinya,” kata Mbah Parto. “Jumlah 29 juga berarti Tunggak Semi
artinya berkembang, yaitu mendapatkan rejeki yang continue, meskipun bersifat boros tetapi akan senantiasa mengalir
rejekinya,” lanjut Mbah Parto. “Pendek kata Edy dan Hasna itu cocok untuk
berjodoh,” pungkas Mbah Parto. Edy nampak tersenyum mendengar penjelasan Mbah
Parto.
“Lalu
kabar buruknya apa Mbah,” tanya Bu Tutik, ibunya Edy. “Iya, memang ada kabar
buruknya,” kata Mbah Parto. “Nanti ketika berumah tangga, Edy cenderung
dikalahkan sama Hasna karena jumlah wetonnya memang Edy lebih kecil dari Hasna.
Namun demi kebaikan bersama memang tidak harus mencari menangnya sendiri tetapi
mesti menjadi mitra yang saling melengkapi,” ujar Mbah Parto. “Namun ada yang
agak berat kabar buruknya, Hasna dan Edy, wetonnya berjumlah 29, itu sama
dengan weton Pak Sunar dan Bu Tutik, hal inilah yang disebut numbuk,” kata Mbah Parto, kemudian diam
untuk melihat reaksi keluarga pak Sunar. “Dan numbuk ini salah satu pantangan
untuk melaksanakan pernikahan,” pungkas Mbah Parto.
Bagaikan
petir menyambar di siang bolong, kata-kata Mbah Parto yang terakhir itu telah
membuat luka di hati Edy. Kegembiraan yang tadi sekejab ia rasakan sekarang tak
berbekas sama sekali. “Lalu, seandainya pantangan ini dilanggar apa yang akan
terjadi,” tanya Pak Sunar setelah beberapa saat ruang tamu itu hening. “Jika
dilanggar, aka nada yang dikalahkan salah satunya, bisa Pak Sunar dan istri
atau pihak Edy dan istrinya. Kalah di sini bisa berarti rejeki yang semakin
berat atau bahkan bisa jadi taruhannya salah satu dari mereka akan meninggal
dunia,” jelas Mbah Parto.
Seketika
dunia benar-benar menjadi gelap sesaat setelah mendengar Mbah Parto mengakhiri
penjelasannya. Nampaknya Edy merasa tidak ada harapan untuk melanjutkan
hubungannya dengan Hasna.
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#Tantangan_Cerbung_11
Komentar
Posting Komentar