SUAMI ISTRI MITRA DALAM MERAIH MIMPI



Hari minggu, bagi kami sekeluarga merupakan hari keluarga, dimana pada hari minggu kami melakukan banyak pekerjaan secara bersama-sama. Hal ini nampaknya sangat sepele, tetapi berdampak besar pada keberlangsungan keluarga kami. Melalui hal-hal yang nampaknya sepele inilah kami mencoba saling memahami dan menyediakan diri ketika dibutuhkan oleh anggota kleluarga yang lain.


Tidak setiap hari minggu, keluarga kami bisa berkumpul secara lengkap. Kadangkarena tugas kedinasan, memaksa aku untuk tidak ada di rumah pada setiap hari minggu, meskipun tidak terlalu sering. Sedangkan si sulung yang tahun ini merupakan tahun pertama ia bekerja, dan pekerjaannya menggunakan sistem shif, maka liburnya tidak mesti hari minggu, sehingga hari minggu dengan semua anggota keluarga yang lengkap seperti hari ini agak sulit.

Hari minggu ini, dengan seluruh anggota keluarga berkumpul, kami ingin memanfaatkan dengan kegiatan bersama. Kami merencanakan membaginya menjadi 2 bagian yang akan kami gunakan untuk kegiatan bersama, yaitu pagi sampai siang dan siang sampai sore. Pagi sampai siang akan kami gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah, sedangkan siang sampai sore akan kami gunakan untuk jalan-jalan ke tempat wisata yang ada di sekitar tempat tinggal kami untuk makan siang dan bermain bersama sambil menikmati pemandangan alam.

Minggu pagi, kami membagi tugas. Aku bertugas mencuci. Istri memasak dan melanjutkan menyuapi si bungsu, dan si sulung bertugas membersihkan rumah. Karena kami mencuci dibantu dengan mesin cuci, maka waktuku banyak longgar, sehingga aku bisa membantu memasak. Setelah selesai memasak dan istriku menyuapi si bungsu, pekerjaan mencuciku juga sudah selesai, selanjutnya aku membantu si sulung untuk membersihkan rumah. Tepat adzan duhur berkumandang, semua pekerjaan yang direncanakan telah kami selesaikan sepenuhnya. Dan setelah sholat duhur, kami berkemas untuk meluncur ke tempat wisata yang kami sepekati, letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, tetapi semua yang kami inginkan ada di sana, tempat makan, dan sarana bermain dengan pemandangan alam nan elok.

***

Aku dan istri dibesarkan di lingkungan pedesaan. Budaya yang berkembang di lingkungan kami, suami adalah pemimpin keluarga yang bertugas mencari nafkah keluarga dan merupakan orang nomor satu di keluarga sehingga perintahnya tidak boleh dibantah. Suami juga tabu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, mengasuh anak dan sebagainya. Bahkan perihal makanan, karena sang suami yang mencari nafkah, maka makan yang paling enak adalah bagian suami, sedangkan keluarga yang lain bagian yang tidak disukai oleh sang suami. Namun budaya itu tidak kami lanjutkan dalam keluarga kami, karena kami yakin bahwa suami-istri itu bukan perkara membagi tugas, tetapi suami-istri merupakan mitra dalam membangun keluarga bahagia atau sering disebut sebagai keluarga sakinah mawadah waromah.

Keyakinan itu tidak timbul begitu saja, tetapi melalui proses yang panjang dan berliku. Dalam pepatah cina terdapat ungkapan bahwa jika kamu ingin bahagia dalam setahun, maka menikahlah. Ungkapan ini benar-benar kami buktikan dalam perjalanan keluarga kami. Rasa cinta yang tumbuh dan mekar ketika kami mulai membangun rumah tangga, sedikit demi sedikit mulai menurun. Beberapa kali kami berselisih dan bertengkar. Bahkan kadangkala pertengkaran menjadi sangat besar dan tidak terkendali. Pendek kata kebahagiaan keluarga kami turun pada titik kritis.

Hal inilah yang menyadarkan kami bahwa untuk menjaga keberlangsungan keluarga kami perlu dibangun kebiasaan-kebiasaan yang nampaknya sepele tetapi menyadarkan kami bahwa kami saling membutuhkan dalam menghadapi segala permasalahan. Kami sadar sepenuhnya bahwa  hanya dengan memahami satu sama lain kami bisa terus melanjutkan keluarga ini. Dengan pengalaman kami inilah kami yakin hanya dengan cara bermitra kami akan bertahan hingga hanya Allah yang akan mampu memisahkan kami.

***

Bagi teman-teman yang saat ini belum berkeluarga, jangan takut dengan bayangan. Jika mencari pasangan yang sempurna, maka kita btidak akan pernah dapat, karena semua manusia diciptakan penuh dengan ketidaksempurnaan. Jika mencari yang cocok, maka dua insan pasti dengan banyak perbedaan, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan yang cocok dengan diri kita. Semua hal yang kita cari sebelum menikah akan kita dapatkan melalui prosesnya, rasa cinta, seperti air laut kadang pasang tetapi kadang surut, ketika surut yang terpenting adalah kembali pada tujuan pernikahan kita lakukan. Disamping kelebihan semua orang diberikan kekurangan, jangan hanya mau menerima kelebihannya tetapi menolak kekurangannya, karena menolak kekurangannya berarti kita tidak pernah menerima pasangan kita seutuhnya. Jika terjadi perbedaan, lihat lagi persamaan hingga saat bersepakat untuk menikah. Jadi, lakukan saja, nikmati prosesnya, raih mimpi bersama-sama.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

  1. Proses itu harus dinikmati, termasuk proses belajar terus-menerus dalam hidup berumah tangga.

    Tulisan mas Agus makin ngalir, enak dibaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Nova sdh mau BW ke blog yg masih dangsa sederhana ini

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN