PANTASKAH KITA DIHORMATI?



“Silakan mas, tempat mas di sini” kata salah seorang penerima tamu pada sebuah acara mempersilakanku untuk masuk ke ruang VIP. “Terima kasih, saya di sana saja,” jawabku sambil menunjuk tempat undangan lain yang nampak dipenuhi para undangan. “Jangan mas, nanti saya dimarahi tuan rumah, ga mempersilakan tamu VIP ke ruang ini,” penerima tamu itu mendesakku. Akhirnya aku mengalah dan memasuki ruang VIP itu, dan di ruang itu juga telah banyak tamu undangan yang hadir meskipun tidak sebanyak tamu di ruang lainnya. Nampak beberapa Kepala Dinas dan para pejabat lain yang telah hadir, tamu-tamu yang sangat dihormati oleh sang tuan rumah.


Penolakkanku tadi bukan tanpa alasan. Aku merasa tidak pantas untuk berada di ruang VIP, karena aku bukanlah pejabat yang selevel dengan mereka yang ada di ruang itu. Disamping itu, aku jauh lebih nyaman menjadi orang biasa dan diperlakukan biasa-biasa saja. Di ruang VIP yang di dalamnya merupakan tamu-tamu terhormat, membuat aku kikuk. Perasaan takut salah terus menghantuiku, jangan-jangan cara makanku salah, jangan-jangan beberapa makanan yang aku ambil tidak bersesuaian dan sebagainya. Aku tidak terbiasa dengan penghormatan yang demikian dan juga tidak terbiasa bergaul dengan para pejabat, hingga tidak tahu bagaimana kebiasaan-kebiasaan mereka yang harus aku ikuti.

Terlepas dari itu semua, hal itu membuat aku berpikir lebih jauh. Memang pantaskah aku dan tamu-tamu yang ada di ruang VIP ini dihormati oleh orang lain. Pantaskah mereka mengistimewakan kami. Bagi saya seseorang pantas dihormati bukan karena jabatan yang disandangnya tetapi karena perilakunya. Apakah perilaku kami sudah pantas untuk dihormati? Sungguh pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab.

Seorang yang nampak baik, belum tentu ia baik lahir dan batin, bisa jadi ia menyembunyikan kebusukannya. Orang yang nampak penolong, boleh jadi ia menyembunyikan tujuannya menolong. Seseorang yang saat ini dihormati oleh rekahn kerjanya, dihormati oleh tetangganya, dihormati oleh bawahannya bukan karena memang perilakunya pantas untuk dihormati, tetapi mungkin Tuhan belum membuka aib kita kepada orang lain. Oleh karena itu, selayaknya apabila saat ini kita mengintrospeksi diri kita, sudahkah kita benar-benar orang baik yang pantas untuk dihormati oleh sesame atau masih ada sesuatu yang kita sembunyikan dan kita tutupi dengan kebaikan kita.

Tuhan memang maha pengasih, tidak semua keburukan dan kejahatan kita diperlihatkan kepada semua orang, sehingga orang lain masih menghormati kita. Tuhan saja masih bermurah hati untuk menutupi segala keburukan, kejahatan dan aib kita, maka sudah selayaknya apabila kita juga menutupi aib sahabat, saudara dan keluarga kita, sebagai perwujudan terima kasih kita kepada-Nya. Senyampang kita diberikan kesempatan, marilah kita introspeksi diri dan mencoba terus memperbaiki diri sehingga kita benar-benar menjadi orang yang pantas dihormati oleh orang lain.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN