SECANGKIR KOPI MEMBANGUN KEPEDULIAN


Kehidupan di desa sungguh menentramkan. Setiap orang mengenal dan saling peduli dengan keadaan tetangganya. Hidup rukun kehidupan antar tetangga merupakan impian kita semua. Hal ini tidak timbul begitu saja, tetapi harus disadari dan dibangun dengan berbagai aktivitas keseharian. Mereka saling membantu dalam setiap kesusahan, seperti menjenguk yang sakit atau takziah kepada mereka yang berduka. Mereka juga saling membutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan besar, seperti mengolah lahan persawahan, atau membangun rumah. Kepedulian itu juga dibangun melalui warung kopi. Warung kopi? Mungkin sepintas akan timbul pertanyaan seperti itu. Mungkinkah warung kopi juga sebagai instrument membangun kepedulian.


Setiap sore, dalam kehidupan masyarakat desa, warung kopi selalu dipenuhi dengan pelanggan. Tidak peduli seberapa banyak warung kopi, hampir setiap warung kopi penuh dengan pelanggan. Apakah mereka tidak disediakan kopi di rumah? Tidak juga.Hampir setiap ibu rumah tangga menyediakan kopi untuk suaminya, segelas di pagi hari dan segelas di sore hari. Boroskah hidup mereka? Tidak juga. Mereka ke warung kopi hanya sekedar membeli secangkir kopi dan terkadang sebungkus rokok jika sedang membutuhkan.

Dengan membeli secangkir kopi, mereka bisa berlama-lama berada di warung. Mungkinkah mereka mencari wifi gratisan seperti cafe-café di kota? Tidak juga. Hampir semua warung kopi di desa tidak menyediakan wifi gratis. Apakah mereka merupakan orang-orang malas yang kerjaannya hanya duduk diam di warung kopi? Tidak juga. Karena pekerjaan yang menjadi tanggungan mereka semua terselesaikan, mulai harus ke sawah, menyelesaikan pekerjaan di rumah, seperti membuat kerajinan bamboo bagi yang memiliki keterampilan, bahkan membantu istrinya dengan berbagai pekerjaan rumah tangga. Mereka semua merupakan pekerja keras.

Lalu untuk apa mereka hampir setiap sore berkumpul di warung kopi? Jawabnya hanya satu ngobrol. Materi obrolan mereka sangatlah variatif, mulai dari isu politik terkini, tren ekonomi, hingga pertandingan sepakbola big match. Jika dilihat sepintas, aktivitas mereka di warung kopi tidaklah penting dan hanya membuang waktu belaka bahkan tidak terkait sama sekali dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Namun dibalik itu semua, kesempatan itu dimanfaatkan untuk saling menyapa, saling mengabarkan dan saling berinteraksi. Setelah seharian penuh bekerja untuk kepentingan pribadi, sore hari saatnya mereka untuk menginvestasikan waktunya demi kepentingan sosial. Di warung kopi terkadang muncul ide bagaimana membangun desa ke depan lebih baik, atau membuat janji untuk menjenguk salah satu warga yang sakit dan sebagainya. Dengan mengobrol di warung kopi, terbangun ikatan emosional yang lebih kental. Jika terdapat salah satu yang tidak hadir sedangkan biasanya ada, pasti ditanyakan kepada si fulan, sakitkah atau ada keperluan yang lain. Kepedulian terhadap tetanggannya sangat terlihat. Secangkir kopi tidaklah ada artinya jika dibandingkan dengan nilai kepedulian yang dibangun. Terkadang sesuatu tidaklah seperti yang terlihat, yang terbaik adalah positive thinking terhadap segala hal.

#onedayonepost
#ODOPbatch5
#Kelasnonfiksi




Komentar

  1. Ternyata sering ke warung kopi juga ya...:)

    BalasHapus
  2. jadi kepingin pulang kampung, rindu warung kopi. Secangkir kopi panas dan kacang rebus ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pulang untuk menikmati kebersamaan di warung kopi

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN