JEJAK TANDAK TERNAMA


"Adi, belikan emak rokok!' teriak Painem pada anak ragilnya sambil terbarukan batuk. "Emak kan sakit, kata dokter emak harus berhenti merokok kalau ingin panjang umur", Adi mengingatkan emaknya. "Tahu apa dokter itu tentang kehidupan kita. Tanpa rokok aku sudah lama mati mungkin. Belikan saja, kalau ga mau biar kakakmu saja yang belikan", teriak Painem.



Painem, seorang perempuan berusia 40-an tahun adalah mantan Tandak, yaitu penari perempuan dalam kesenian tayub. Ia menari sejak usia enam belas tahun. Karena keadaan ekonomi rumah tangga keluarganya yang serba kekurangan akhirnya dengan bekal kecantikannya Painem diantar orang tuanya ke Dusun Ngrajek sebuah dusun di Kabupaten Nganjuk untuk belajar sebagai Tandak. Dusun ini dikenal sebagai pusat Tandak di Nganjuk, banyak sekali warganya yang berprofesi sebagai Tandak, tapi ada pula pendatang yang ingin belajar menjadi Tandak dengan dititipkan pada salah satu keluarga di sana, Painem salah satunya. Di keluarga itulah Painem diajari tidak hanya menari dan menyanyi Jawa tetapi diajari pula tata Krama pergaulan dan melayani tamu.

Adi berlari membawakan rokok emaknya. Rokok filter warna putih kesukaan emaknya. Tanpa berkata apa apa, disahutinya rokok ditangan Adi langsung ia buka dan ambil sebatang rokok untuk dinyalakan dan dengan tarikan nafas yang dalam ia menghisap rokok itu. Tak lama kemudian suara batuk batuk keluar dari mulutnya dan menghentikan sensasi kenikmatan merokoknya. "Tu kan batuk lagi," kata Adi mengingatkan. Tanpa menghiraukan Adi, Painem terus menikmati rokoknya walau sambil terbarukan batuk hingga wajahnya yang kuning Langsat berubah kemerahan karena batuk. "Sana, bantu kakakmu menyiapkan diri untuk gembyangan!" Perintah Painem.pada Adi. Gembyangan merupakan prosesi untuk pelantikan seorang Tandak, setelah gembyangan mereka mendapatkan nomor induk dan menjadi Tandak profesional.

Dua puluh empat tahun yang lalu, Painem muda nan cantik jelita mengikuti gembyangan di Dusun Ngrajek dan dilanjutkan ikut siraman di Sedudo, sebuah air terjun di wilayah Nganjuk. Dengan bekal kecantikannya, ia segera terkenal dan menjadi salah satu Tandak termahal saat itu. Selama.hampir sembilan belas tahun ia menjadi ratu Tandak di wilayah Nganjuk dan sekitarnya.

Kehidupan Tandak identik dengan kehidupan malam, dan rokok merupakan teman setia untuk melewati malam yang penuh aktivitas. Tidak heran ketika orang melarang Painem untuk merokok, ia hanya tertawa dan mengatakan tanpa rokok diriku mungkin sudah lama mati. Pada masa jayanya, ketika orang hajatan banyak memilih hiburan tayub, maka Painem menjadi Tandak yang diperebutkan, siapa yang pesan lebih cepat merekalah yang dapat. Hampir sepanjang tahun jasanya digunakan hanya libur di bulan suro, Poso dan Selo, tiga bulan Jawa yang tabu untuk menyelenggarakan hajatan. Dan sepanjang malam pada bulan bulan itu, Painem ditemani rokoknya dengan setia.

Adi tengah asik berbincang dan menata berbagai hal persiapan gembyangan bersama kakaknya, Harini. Tak jauh beda dengan Painem, sulungnya ini juga bertampang rupawan dengan kulit yang putih bersih, dan perbedaan dengan Painem adalah Harini memiliki tubuh yang lebih tinggi. Diyakini banyak orang bila Harini kelak juga akan menjadi ratu Tandak seperti ibunya. Tiba tiba terdengar teriakan dari luar entah suara siapa, "Painem pingsan! Painem pingsan!" tanpa dikomando Adi dan Harini lekas berlari ke teras depan yang telah banyak orang bergerombol. Di sana terlihat Painem tergeletak pingsan sambil jari tangan kanan menjepit sebatang rokok yang masih menyala dan disekitarnya terdapat banyak bercakap darah juga ditangan kirinya. Nampaknya Painem muntah darah sebelum pingsan.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5
#Tantangan6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN