TIPISNYA KEPERCAYAAN MASYARAKAT



Tanggal sepuluh pada setiap bulan, RT kami mengagendakan secara rutin untuk menyelenggarakan pertemuan warga. Hari minggu itu bertepatan dengan tanggal 10 Desember 2017 sesuai rencana, RT kami melaksanakan pertemuan rutin warga. Pertemuan dimulai pukul 20.00 WIB, dipimpin Ketua RT beserta pengurusnya, sedangkan yang diundang adalah seluruh kepala keluarga dalam wilayah RT yang seluruhnya berjumlah 38 kepala keluarga.


Agenda yang dibahas dalam pertemuan itu adalah evaluasi program kerja RT tahun lalu dan rencana kerja tahun depan. Evaluasi terhadap program kerja RT tahun lalu relatif tidak bermasalah, karena memang seluruh warga terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh RT dan pembiayaannya dilakukan secara transparan. Menginjak pembahasan agenda kedua yaitu menyusun program kerja tahun depan, cukup banyak program yang akan dilakukan, dan tentunya berdampak pada kebutuhan pembiayaan yang cukup besar.

Sumber pembiayaan kegiatan RT selama ini dilakukan melalui iuran dari seluruh warga, sehingga penambahan beban biaya kegiatan RT juga berdampak pada naiknya iuran warga. Penambahan iuran warga ini mendapatkan berbagai macam respon dari warga peserta pertemuan. Sebagian setuju, sebagian keberatan dan mengusulkan untuk mengurangi rencana kegiatan, dan ada yang setuju tapi besarannya yang dikurangi.

“Kalau memang kebutuhan rencana RT demikian, sudah sewajarnya iuran ditambah,” kata Pak Didik, seorang PNS warga RT kami, setelah ketua RT mempersilakan warga untuk memberi tanggapan. “Karena saat ini memang terjadi lonjakan harga pada semua barang, sehingga butuh penyesuaian,” sambungnya.

Monggo, mungkin ada pendapat yang berbeda”, Ketua RT mempersilakan jika ada tanggapan yang lain. Sementara sekretaris RT mencatat setiap usul dan tanggapan warga.

Setelah menunggu beberapa saat, dengan ragu-ragu, Pak Amin mengangkat tangan, “Mohon maaf sebelumnya Pak RT”, katanya mengawali usulnya. “Mohon dapatnya, rencana kenaikan iuran sebesar sepuluh ribu rupiah per bulan untuk dipertimbangkan kembali, mengingat warga kita tidak semuanya mampu, mungkin untuk sebagian orang uang sebesar itu tidaklah berarti, tetapi untuk sebagian yang lain, itu merupakan jumlah yang cukup besar karena dibayarkan secara terus menerus”, lanjut sales rokok itu. “Saya setuju dengan Kang Amin, Pak RT,” kata Pak Kirno, seorang pedagang pasar, sambil mengacungkan telunjuknya. “Dan untuk itu, mungkin rencana kegiatan dikurangi saja, sehingga tidak terjadi penambahan iuran,” tambahnya. Mereka berdua mewakili pihak yang menolak tambahan iuran warga. Usul ini kemudian diiyakan beberapa warga.

Ketua RT kemudian mempersilakan Pak Supri, mantan RT terdahulu yang berprofesi sebagai kepala sekolah, untuk memberikan tanggapan. “Mohon Pak Supri dapatnya memberikan tanggapan terkait 2 pendapat di depan,” kata Ketua RT.

Sambil memperbaiki posisi duduknya di karpet, Pak Supri menyampaikan pendapatnya, “Terima kasih atas kesempatannya,” katanya. “Kita harus secara bijak menyikapi ini, kita semua tentunya menginginkan RT kita maju dan rencana kegiatan yang kita bahas tadi semua bertujuan memajukan RT kita, sehingga konsekuensinya iuran kita nambah,” lanjutnya. Setelah sesaat ia menghisab rokoknya, “Namun kita juga harus mempertimbangkan kemampuan seluruh warga, untuk itu bagaimana kalau kita susun prioritas kegiatan? Nanti yang kurang penting kita hilangkan, sehingga beban berkurang dan tambahan iuran kita juga tidak sebesar yang disampaikan Pak RT tadi,” kata Pak Supri sambil melihat peserta pertemuan.

Waktu sudah menunjuk pukul 21.05 WIB, biasanya pertemuan diakhiri sekitar pukul 21.30 WIB. “Mungkin ada satu lagi usul sebelum saya mengambil keputusan”, kata Ketua RT sambil melihat jam dinding yang ada di ruang tamu tuan rumah, Pak Himawan.

“Saya ini seorang janda Pak RT, dan beberapa warga sini juga janda, mungkin perasaannya sama dengan saya,” kata Bu Sadiyo tanpa menunggu dipersilakan Ketua RT. “Pokoknya iuran jangan nambah lagi, karena kebutuhan hidup sekarang semakin berat, jangan diperberat dengan iuran yang terus bertambah,” sambungnya.

Untuk menengahi, aku beranikan diri untuk angkat tangan. “Silakan Mas Agus,” kata Pak RT setelah melihat saya mengacungkan telunjuk. “Mohon maaf bapak-bapak dan ibu ibu sekalian, mungkin saya ada alternative yang bisa disepakati bersama” kataku mengawali usulan. “Adil itu tidak harus sama, dan sama itu belum tentu adil,” lanjutku. “Warga RT 5 RW 7 ini memang diciptakan berbeda, termasuk berbeda secara ekonomi, sehingga bebannya juga harus berbeda kalau memang mau adil,” lanjutku. “Setelah saya cermati dari rencana kegiatan tahun depan, peningkatan kebutuhan anggaran ini dapat dihilangkan, apabila pemberian kopi jaminan (kopi dan snack) untuk ronda malam dan hadiah untuk anak-anak kita pada tujuh belasan serta kenang-kenangan untuk pengurus RT lama ditiadakan, sehingga iuran ga harus nambah” paparku. “Wah, jangan dihilangkan dong,” beberapa orang memotong tidak beraturan. Setelah ditenangkan Ketua RT, “Lanjutkan Mas Agus”, aku dipersilakan melanjutkan. “Pemecahannya, jaminan dijadwal untuk kepala keluarga yang sanggup setiap malam bergiliran, bentuk jaminannya diserahkan sepenuhnya kepada yang terjadwal, toh yang ronda tidak menuntut macam-macam yang penting ada kopi,” kataku. “Sedangkan untuk hadiah anak-anak yang berupa buku dan alat tulis, nanti pada waktunya dimintakan kepada warga yang mampu dan tidak keberatan untuk menyumbang buku dan alat tulis,” lanjutku setelah melihat sekeliling. “Yang terakhir, kenang-kenangan pengurus RT yang hanya 3 orang, nanti biarlah ditanggung oleh beberapa orang yang dihubungi nanti pada waktunya”, aku mengakhiri usulanku. Kenang-kenangan pengurus RT ini dibutuhkan karena pada akhir 2018 masa bakti pengurus berakhir dan akan diganti dengan pengurus yang baru.

Mendengar usulku, Bu Sadiyo menyahut, “Pak RT kecuali jaminan tiap malam, nanti saya sanggup menyediakan jaminan kalau ada kerja bakti.” Tidak hanya Bu Sadiyo, ternyata banyak warga yang menyanggupi meberikan buku dan alat tulis untuk hadiah. Di luar dugaan, Pak Prapto, yang terkenal paling sulit menerima usul penambahan iuran, mengusulkan agar hadiah untuk jalan santai pada peringatan kemerdekaan disumbang oleh warga dalam bentuk barang atau natural, dan beliau sanggup untuk memberikan hadiah utama yang berupa Telivisi. Tepuk tangan pun bergemuruh mengiringi berakhirnya usulan Pak Prapto.

Banyak lagi warga yang menyanggupi memberikan sumbangan berbentuk natural (bukan uang), seperti sound system dan elektune untuk pentas baik tahun baru, peringatan hari jadi Kabupaten Nganjuk maupun hari kemerdekaan ditanggung Bu Ratna, pemilik persewaan sound system. Nampaknya dengan iuran yang sama, kas RT akan bisa ditingkatkan. Pukul 21.50 WIB pertemuan yang luar biasa itu ditutup Ketua RT dengan senyum seluruh warga, tanpa harus menambah iuran bulanan.

***

Cerita pertemuan di depan, menggambarkan bahwa sesungguhnya warga masyarakat kita mau berpartisipasi dalam memajukan lingkungannya dengan teknik menggali partisipasi dengan tepat. Jika dihitung nominal uangnya, kopi dan snack yang setiap malam disediakan warga untuk ronda malam lebih dari sepuluh ribu rupiah, sehingga sebenarnyasecara tidak langsung iuran warga naik lebih dari sepuluh ribu rupiah sebagaimana diusulkan pertama kali dan ditolak oleh warga.

Hal ini membuktikan bahwa secara psikologis, warga lebih percaya jika sumbangan yang diberikan tidak berupa uang, karena dalam bentuk uang kemungkinan disalahgunakan lebih besar daripada sumbangan diberikan dalam bentuk natural.

Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga resmi pemerintahan terjadi di mana-mana tidak hanya di tingkat RT tetapi meliputi seluruh tingkatan. Ketidakpercayaan ini disebabkan perilaku aparat yang memang kurang bisa dipercaya, setiap hari kita disuguhi berita korupsi, pejabat kita lebih memikirkan pribadi dan golongannya daripada memikirkan rakyat, mafia hukum ada di mana-mana, dan hal hal lain yang mendorong masyarakat semakin tipis kepercayaannya terhadap pemerintahan secara umum.

Sudah saatnya kita secara jujur mengevaluasi diri, apakah kita ikut berkontribusi terhadap kemerosotan kepercayaan ini, bisa sebagai pihak yang melayani (aparat) dengan minta pungli, suap dan sebagainya, maupun pihak yang dilayani (masyarakat) dengan memberikan sesuatu untuk dipermudah atau melakukan suap atau tindakan lain yang mendorong aparat menyalahgunakan wewenangnya. Semoga ke depan kita diberikan kekuatan untuk memperbaiki diri.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN