TERJEBAK PASIR APUNG



Setiap orang pasti takut terjebak dalam pasir apung, yaitu pasir yang mampu menghisap orang yang masuk ke dalamnya. Bila orang terhisap di dalamnya, maka semakin ia bergerak akan semakin dalam terhisap, sehingga apapun yang dilakukan serba salah dan cenderung orang hanya akan menunggu saja untuk akhirnya terhisap sama sekali ke dalamnya. Tentunya pasir apung itu tidak terdapat di sembarang tempat dan di dunia ini hanya dijumpai dibeberapa tempat, misalnya di Jamaika yang pernah menenggelamkan sepertiga kota, di danau sebelah selatan Inggris, atau pada sebuah teluk sempit di Alaska. Lalu, mengapa setiap orang takut terjebak pasir apung?


Terjebak dalam pasir apung bukanlah makna yang sebenarnya. Kalimat ini merupakan perumpamaan yang berarti bahwa ketika seseorang melakukan sesuatu yang pada awalnya lancer, kemudian ia membuat sebuah kesalahan, maka untuk menutup kesalahan itu kemudian melakukan langkah lagi dan ternyata salah lagi, demikian seterusnya, pendek kata ketika seseorang melakukan kesalahan akan diikuti dengan kesalahan-kesalahan lain yang membuat ia terhisap dalam pusaran kesalahan yang semakin dalam. Hal inilah yang sebenarnya ditakuti setiap orang. Seperti halnya sebuah kebohongan dilakukan, kemudian untuk menutupi kebohongan itu, akan menimbulkan kebohongan yang lain, sehingga tanpa terasa kita hidup dalam dunia kebohongan yang tanpa dasar.

Setiap orang dalam setiap langkah dan tindakan pasti menghendaki langkah dan perbuatan yang benar, sehingga keinginan-keinginannya dapat dicapai, namun tidak semua kejadian sama persis seperti yang kita bayangkan. Kadang kala seseorang dalam langkah bisa saja berbuat sebuah kesalahan, yang terpenting janganlah kesalahan yang telah kita lakukan diikuti kesalahan lain sehingga kita terjebak dalam kesalahan yang menyebabkan kita sulit bergerak.

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak, agar hal ini tidak diikuti dengan kesalahan lain, maka kita harus mampu memaafkan diri kita sendiri atas kesalahan itu. Hal ini tentunya harus diikuti konsekuensinya, yaitu mengulang langkah lagi dengan berkaca pada kesalahan tersebut sehingga kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Hanya keledai yang bodohlah yang terjerumus dalam lubang yang sama.

Untuk menghindarkan diri agar tidak terjebak dalam pasir apung, langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat langkah yang menurut kita benar. Namun harus disadari bahwa seseorang yang melangkah dengan benar, hasilnya belum tentu sesuai dengan yang kita harapkan bisa saja langkah yang kita lakukan sudah benar namun hasilnya mengecewakan. Hasil dari pekerjaan yang kita lakukan tidak sepenuhnya dapat kita control, tetapi ada faktor lain yang tidak mampu kita kendalikan. Faktor lain ini bisa lingkungan sekitar kita, kondisi alam, atau hal-hal lain yang tidak kita duga. Oleh karena itu, setelah kita melakukan hal yang benar langkah kedua adalah berdoa agar Tuhan menyediakan faktor-faktor dari luar dapat mendukung langkah kita yang sudah benar tadi. Jika kedua hal itu telah dilakukan masih terjadi kesalahan, maka kita harus mencoba dan mengulangnya kembali sampai berhasil, jangan hiraukan cemoohan orang. Jika kita berhenti mencoba maka keberhasilan tidak akan pernah kita temukan. Konon untuk menemukan lampu pijar, seorang Thomas Alva Edison harus melakukan percobaan seribu kali, jika saja Dia berhenti pada percobaan yang ke sembilan ratus sembilan puluh sembilan, maka tidak pernah diukir nama Thomas Alva Edison sebagai penemu lampu pijar. Jadi berusaha, berdoa dan mengulangnya terus menerus adalah kunci untuk mencapai sukses.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN