MENINDAS, BUKAN MONOPOLI PENGUASA



Dunia terus bergulir, berputar bagai roda. Dari jaman satu ke jaman lain, dari era satu ke era yang lain, dari dinasti satu ke dinasti yang lain dan dari orde satu ke orde yang lain. Berbagai macam penggambaran yang membedakan satu masa ke masa yang lain, namun salah satu yang mengukir sejarah umat manusia adalah masalah politik dan kekuasaan.


Politik sebagai jalan memperebutkan kekuasaan, jelas tidak bisa dipisahkan dengan kekuasaan. oleh Niccolo Machiavelli, seorang diplomat dan politikus Italia yang sekaligus dikenal sebagai seorang filsuf, dalam bukunya Il Principe (Sang Penguasa), menyebutkan bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, seorang penguasa bisa melakukan apapun yang salah satunya adalah penindasan.

Il Principe ditulis oleh Machiavelli dengan harapan akan men-stimulasi perbaikan pemerintahan di Italia Utara,  namun kemudian justru menjadi pembenar bagi penguasa untuk menghalalkan segala cara demi mempertahankan kekuasaannya. Itulah yang menyebabkan saat ini Machiavelli diasosiasikan dengan berbagai hal buruk sebagai cara untuk mencapai tujuan. Dan orang yang mehalalkan segala cara untuk mencapai tujuan disebut sebagai machiavelis.

Penindasan, sebagai salah satu jalan untuk mempertahankan kekuasaan memang cukup efektif, karena penindasan akan membuat orang takut menentang kemauan penguasa. Penindasan dapat dilakukan melalui berbagai jalan, mulai dari memberikan ancaman, memberi stigma negatif, mengurangi hak-hak terhadap musuh politiknya, dan lain lain. Penguasa yang menindas, tidak ubahnya seperti penjajah yang merampas kemerdekaan masyarakat, sehingga layak menjadi musuh bersama dan harus dilawan.

Namun sebenarnya masalah penindasan, bukan monopoli penguasa. Menindas merupakan masalah mental, sehingga siapapun yang bermental penindas, tidak harus menjadi penguasa untuk menindas. Bagi mereka yang bermental penindas, menindas hanya butuh kesempatan. Bila kesempatan datang, mereka akan melakukannya. Dengan demikian, sebuah organisasi yang tidak berkuasa atau seorang rakyat biasa yang bermental penindas, ketika mendapatkan kesempatan untuk menindas juga akan melakukannya.

Contohnya, ketika Pilkada akan dan sedang berlangsung. Partai untuk mengusung pasangan calon kepala daerah, menindas bakal calon dengan mempersyaratkan mahar politik yang sesungguhnya tidak ada aturan untuk itu dan bahkan terdapat peraturan yang melarangnya. Kemudian, rakyat yang akan memilih pasangan calon hanya akan memilih bila mendapatkan sangu atau imbalan dari calon yang akan dipilih. Dua contoh di atas merupakan bentuk penindasan yang bisa dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki kekuasaan.

Oleh karena itu, agar terwujud pemerintahan tanpa penindasan, maka setiap kita harus menghilangkan mental penindas pada diri kita masing-masing, dengan setiap orang tidak lagi bermental penindas , maka Tuhan akan menghadiahkan pemerintahan tanpa penindasan.

#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN