GERHANA BULAN DALAM SUDUT PANDANG LAIN
Gerhana
bulan dalam pameo jawa kuno, mengatakan bahwa bulan dimakan oleh betharakala (raksasa). Tentunya pameo
ini dianggap sesuatu yang salah, karena ilmu pengetahuan sudah membuktikan
bahwa gerhana bulan terjadi karena matahari, bumi dan bulan dalam posisi
segaris sehingga cahaya matahari tidak bisa dipantulkan oleh bulan ke arah
bumi. Namun jika digali dari sudut pandang khasanah budaya jawa, terdapat pesan
yang mungkin saja kurang disadari oleh banyak orang.
Gerhana
bulan yang terjadi pada tanggal 31 Januari 2018 merupakan gerhana bulan yang
istimewa dan terkenal dengan sebutan Super
Blue Blood Moon. Sebutan ini terkait dengan 3 fenomena yang ada dalam
gerhana bulan tersebut. Pertama, fenomena supermoon,
yaitu bulan nampak lebih besar dari biasanya, karena jarak antara bumi dan
bulan saat ini meruapakan terdekatnya. Kedua, fenomena blue moon yaitu terjadinya bulan purnama yang kedua pada bulan yang
sama, dimana gerhana bulan terjadi pada purnama kedua bulan januari 2018.
Tanggal 31 Januari 2018 merupakan purnama kedua setelah purnama pertama terjadi
pada tanggal 1 Januari 2018. Ketiga, blood
moon, istilah ini disinonimkan dengan gerhana bulan total, sebab pada saat
gerhana bulan total bulan nampak berwarna merah darah.
Gerhana
bulan itu terlihat di seluruh Indonesia, namun keinginanku untuk melihat
fenomena alam yang konon terjadi dalam 152 tahun sekali ini tidak kesampaian,
karena di daerahku mendung dan hujan menutupimya. Sebagai orang yang ingin
belajar dari alam raya, gerhana bulan tidak boleh dilewatkan dan harus mampu
memaknainya sebagai pembelajaran dari langit. Meskipun tak bisa melihatnya,
bukan sebuah alasan untuk tidak mengambil pelajaran darinya.
Khasanah
budaya jawa mengenalkan bulan merupakan benda alam yang sekaligus menyimbulkan
sesuatu. Ajaran kepemimpinan dalam khasanah budaya jawa yang salah satunya
adalah ajaran hasta brata, yaitu
delapan (hasta) sifat alam yang
agung. Dalam dunia pewayangan jawa, dalam lakon
Wahyu Makuthorama, menceritakan diturunkannya ilmu hasta brata oleh Krena kepada Arjuna agar kelak memiliki keturunan
yang akan dinobatkan sebagai raja yang bijaksana.
Delapan
sifat alam tersebut meliputi bumi, matahari, bulan, samudra, bintang, angin,
air dan api. Bulan menjadi salah satu simbol yang sifatnya harus dipegang oleh
seorang pemimpin. Bulan memiliki sifat menerangi dalam kegelapan, sehingga
seorang pemimpin harus mampu menerangi rakyatnya ketika mereka mengalami
kegelapan, kesulitan dan tidak mampu menjalani hidup dengan benar.
Dalam
pameo jawa kuno di depan, gerhana terjadi karena bulan dimakan bethorakala, dimana bethorakala yang
digambarkan dengan bentuk raksasa, merupakan symbol keangkara-murkaan. Dengan
demikian, jika cahaya hati seorang pemimpin ditutupi oleh sifat angkara murka,
maka dia tidak lagi bisa memberikan penerangan kepada rakyat dan pengikutnya,
sehingga perilakunya menjadi gelap dan tidak terarah. Semoga kita dijadikan
orang yang mampu memberikan jalan terang bagi sesama dengan berpedoman pada
cahaya Illahi. Aamiin.
Selamat
bagi teman-teman yang bisa menikamti fenomena alam yang luar biasa itu,
sekaligus mampu menerima pelajaran dan pesan langit.
#Onedayonepost
#ODOPbatch5
Saya kelewatan kemaren....bisa di-replay nggak ya hehehehe
BalasHapusSama dong
BalasHapusSayangnya malam itu didaerahku mendung..
BalasHapusSama dong, hehehe
Hapus