BEDAH TULISAN ODOP, MENDEBARKAN TAPI KAYA ILMU



One Day One Post (ODOP) batch 5 telah memasuki minggu ketiga. Banyak hal positif yang bisa dipelajari dari mengikuti aktivitas ini, diantaranya membangun kebiasaan menulis, kosakata semakin beragam, dan yang penting lambat laun menulis menjadi lebih mengalir. Namun demikian, tentunya terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam proses menulis harian ini, kecuali berhimpitnya dengan jadwal pekerjaan, sehingga harus pandai-pandai memanfaatkan dan membagi waktu, yang paling terasa adalah semakin keringnya ide. Sesuai beberapa arahan dari para PJ baik melalui materi kelas online maupun grup whatsapp planet, untuk memperkaya ide menulis bisa dengan membaca, mengamati dan mencari inspirasi dari banyak tempat dan kejadian.


Selama mengikuti ODOP, malam hari merupakan hari-hari yang sangat padat dengan jadwal, senin dan jumat harus mengikuti materi kelas online, selasa sampai dengan kamis harus mengikuti bedah tulisan, waktu libur sabtu dan minggu saya gunakan untuk membaca buku guna mendapatkan inspirasi atau ide menulis.

Salah satu kegiatan yang paling menarik dan patut dinanti selama Ng-ODOP adalah bedah tulisan melalui grup WA planet. Bedah tulisan merupakan metode belajar yang efektif karena melalui bedah tulisan kita dapat secara langsung mengevaluasi tulisan kita. Evaluasi diberikan oleh kakak-kakak penangung jawab (PJ) dan juga sesama peserta. Untuk memudahkan melakukan bedah tuliusan, setiap sesi disampaikan materinya. Namun demikian, materi ini hanya panduan utama semata, sehingga bisa dikembangkan ke materi lain di luar itu. Inilah justru asiknya, karena setiap orang dengan latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan, perasaan dan segala karakteristiknya, pasti memiliki perbedaan dalam mengevaluasi tulisan, sehingga kegiatan ini sangat kaya warna dan sudut pandang.

Tibalah giliranku sebagai peserta yang tulisannya akan dibedah bersama di grup merkurius, yaitu pada sesi VII hari selasa tanggal 6 Pebruari 2018 mulaiu pukul 20.00 WIB. Jadwal itu aku dapatkan dari Mbak Renee, salah satu PJ di grup merkurius. Sesaat setelah menerima jadwal, aku memutuskan salah satu tulisanku yang berjudul “Derita Pengguna Elpiji Non-Subsidi” yanmg aku posting tanggal 31 Januari 2018 yang akan dibedah. Aku sangat bersemangat menghadapinya. Tulisan ini kupilih karena aku sadar bahwa kegiatan ini merupakan sarana belajar, dan tulisan ini merupakan tulisan awalku mencoba menulis dengan percakapan di dalamnya, juga sedikit memberikan setting tempat serta sedikit penggambaran tokoh, yang merupakan unsur tulisan fiksi.

Namun disamping cukup bersemangat, aku juga merasa panas-dingin karena pasti akan mendapatkan banyak kritikan dari peserta bedah tulisan, sebagaimana yang dialami beberapa teman yang sudah dibedah tulisannya. Rasa kuatir kalau tulisan ini sangat jauh dari standar menulis teman, atau dipandang sebagai tulisan yang ala kadarnya, dan rasa kuatir memepermalukan diri serta perasaan lainnya terus menghantuiku sepanjang waktu, mulai dari jadwal kuterima hari minggu, sampai saat bedah dilaksanakan. Namun aku terus berusaha memompa semangat diri dengan berbagai cara. Kukatakan pada diri sendiri, seorang yang ingin maju memang harus didewasakan dengan kritik bukan pujian, karena pujian justru menjadi racun. Juga kukatakan seorang yang ingin sehat, meski pahit, jamu pun juga diminum. Atau dengan kalimat pembenar, toh aku memang masih belajar. Semua ungkapan motivasi yang kupunya kukatakan berulang-ulang dalam hati.

Akhirnya, tibalah waktu yang dijadwalkan. Aku sudah mulai bersiap diri sejak siang, semua pekerjaan yang biasa aku lakukan sambil mengikuti bedah tulisan, aku selesaikan siang itu. Jadwal ketemu orang juga aku tunda dan janjikan sekitar jam 22.00 WIB, setelah bedah tulisan selesai. Selepas magrib mataku tak lepas dari layar HP. Sesaat aku tinggal, hanya untuk menunaikan ibadah sholat isya, selepas itu aku menunggu dengan harap-harap cemas.

Materi sesi VII ini adalah judul yang harus menarik, dan EBI, partikel –lah, -kah, dan –tah. Tapi aku yakin, sesuai pengalaman bedah tulisan yang lalu, materi di luar itul yang akan jauh lebih banyak. Sebelum ada pertanyaan rasa grogi terus bergelayut. Apalagi saat menatap layar HP Mbak Renee nmpak menulis sesuatu, pertanyaan pertama akan segera datang, kataku dalam hati. Begitu muncul pertanyaan, apa alasan Mas Heri menulis dengan tema itu? Ternyata, sambil menjawab pertanyaan pertama, lambat laun perasaan deg-deg-an itu mulai menghilang. Dan beberapa pertanyaan aku jawab, saya tidak tahu tepat atau tidak jawaban itu, yang penting aku jawab sesuai dengan pemikiranku.

Beberapa kritik seputar EBI, aku terima dengan lapang dada karena memang tulisan itu aku buat sekali jadi tanpa pengendapan dan pembacaan ulang, sebagaimana teori yang aku dapat selama Ng-ODOP. Bukannya tidak mau tapi memang karena kesibukan dan harus segera di-posting sebelum batas waktu, sehingga tidak sempat.

Ketika datang pernyataan bahwa tulisanku itu non-fiksi, sungguh di luar dugaanku, karena sejak awal aku yakin tulisan itu fiksi, sebab seluruh adegan adalah hasil imajinasiku, meskipun temanya nyata. Aku sangat kecewa pada diriku sendiri, dinginnya hujan di luar semakin membuat aku ciut nyali, betapa bodohnya, tidak bisa membedakan tulisan fiksi dan non fiksi, pengetahuan yang harusnya sangat mendasar. Kembali aku berusaha keras memompa semangatku, ini memang proses belajar yang harus dilewati, toh teman teman tidak bisa melihat wajahku yang pucat pasi, kataku dalam hati.

Di layar HP, nampak Mas Yoga, PJ yang beberapa waktu menjadi narasumber penulisan fiksi, membuat jantungku berdebar-debar, apalagi yang akan dipukulkan ke kepala ini. Kutahan napas, dan kukatakan dalam hati, tapi tidak akan terasa sakit. Kutarik napas dalam-dalam, kuberanikan membaca chat Mas Yoga. Beliau menyarankan kalau mau dibuat non-fiksi, ceritanya diganti dengan cerita yang real, dan dalam tulisan non-fiksi masih mungkin memasukkan cerita. Namun jika ditulis dengan gaya fiksi akan banyak variasinya. Rasanya sangat lega, beliau tidak mutlak menyalahkan.

Meski terus saja deg-deg-an, aku berusaha terus memberikan semangat kepada teman-teman untuk member masukan, dengan segala pujian ataupun sikap yang terlihat bisa menerima kritik teman-teman. Seiring waktu rasa tertekan itu hilang dengan sendirinya dan berganti dengan rasa nyaman menerima kritik dan saran, mungkin karena mulai terbiasa.

Akhirnya, beberapa hal yang aku dapatkan dari bedah tulisan ini diantaranya adalah :
1.    Harus banyak belajar perbedaan tulisan fiksi dan non fiksi, meskipun sampai detik ini aku masih meyakini tulisanku itu fiksi meski sangat sederhana, karena memang hasil imajinasi yang didasarklan pada realitas yang ada.
2.    Belajar lagi PUEBI
3.    Belajar diksi
4.    Fiksi juga membutuhkan riset
5.    Judul harus menarik dan tidak membocorkan ending

Berakhirnya bedah tulisan sesi VII menjadikan semakin tahu bahwa kemampuan menulisku bagaikan sebuah titik dalam jagad raya yang tak berarti apa pun. Jadi mesti harus banyak belajar, belajar dan belajar dari mana pun, siapa pun dan kapan pun. Semoga menjadi semakin baik.

#Testimoni
#Onedayonepost
#ODOPbatch5

Komentar

  1. Waw keren utk tulisan testimoninya pak, 👏👏
    Saya jadi ngerasa ikut deg"an. Tulisannya ngalir, feel nya juga dpt. :) maaf ya pak, kalo saya galak" 😁🙏

    Sdikit revisi, penulisan diantaranya yg benar "di antaranya" pake spasi ya pak, dan kuatir pke astrotof saja karna tidak baku. 🙏

    Dan saya suka sekali sama bagian tulisan ini,
    seorang yang ingin maju memang harus didewasakan dengan kritik bukan pujian, karena pujian justru menjadi racun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Renee, untuk koreksinya siap diperhatikan
      Ke depan semoga bisa membuat tulisan yg maksimal untuk dibedah bersama

      Hapus
  2. Aku membaca ini seperti diantar ke malam pembedahan itu... Secara sempurna. Mumtaz, pak Puh ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERONTAKAN KAUM KHAWARIJ

PENGABDIAN YANG TULUS

FATAMORGANA KEHIDUPAN